Nglaban adalah salah satu nama dusun di Desa Bendet, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Lokasinya hanya satu kilometer arah tenggara dari Pesantren Tebuireng. Tepatnya di sebelah timur Pabrik Gula Tjoekir yang sudah berdiri sejak 1884.
Dusun ini menjadi “markas” dari Kompi VI Batalyon 39/Condromowo. Komandan kompinya adalah KH M Yusuf Hasyim. Menurut Moch Faisol (2018), kompi ini lebih terkenal dengan sebutan Kompi Yusuf Hasyim. Dia adalah putra bungsu dari KH M Hasyim Asy'ari Tebuireng dengan Nyai Nafiqoh.
Kompi ini, menurut Ayuhanafiq (2013), khusus beranggotakan para santri Tebuireng. Mereka sebelumnya tergabung dalam Laskar Hizbullah. Berdiri sesaat setelah Yogyakarta sebagai ibu kota sementara Republik Indonesia jatuh ke tangan Belanda pada 19 Desember 1948.
Ketika kota Jombang jatuh ke tangan Belanda pada 29 Desember 1948, dalam buku Perang Jombang (2020), pasukan Belanda dipimpin langsung oleh Charles Olke van der Plass. Pada tahun 1936-1941, dia menjabat sebagai gubernur Belanda untuk provinsi Jawa Timur.
Berdasar dokumentasi Sejarah Perjuangan Hizbullah di Jawa Timur (1986), pasukan Van der Plass lalu merangsek ke arah selatan. Tujuannya menguasai Pesantren Tebuireng. Pesantren yang didirikan KH M Hasyim Asyari ini dituduh menyembunyikan para pejuang lndonesia.
Pertempuran pun pecah. Kompi Yusuf Hasyim mempertahankan sekuat tenaga. Jumlah personel dan persenjataan yang tidak seimbang, menyebabkan kompi ini harus mundur ke Nglaban.
Van der Plass lalu menangkap KH A Wahid Hasyim, pengasuh Pesantren Tebuireng saat itu. Ayah Gus Dur ini kemudian dibawa ke Jagalan, markas tangsi militer Belanda di Jombang. Dilanjutkan dibawa ke Surabaya dan dipenjara di sana.
Pasukan pimpinan Van der Plass lalu mengejar Kompi Yusuf Hasyim ke Nglaban. Serangan mendadak yang membabibuta dan sporadis menyebabkan anggota kompi belum siap.
Meski dilakukan siang hari, serangan itu menyebabkan anggota kompi kocar-kacir. Banyak anggota yang gugur.
Hal itu diakui Sun'an Hadiwijaya (2025), sesepuh Dusun Nglaban. Menurut cerita langsung dari ibunya, pamannya yang bernama Dawam juga ikut gugur dalam Pertempuran Nglaban itu. Ceritanya tertembak di bagian dadanya.
Pasca revolusi, KH Yusuf Hasyim tetap menjalin hubungan baik dengan para anggota kompi yang dari Nglaban. Hubungan baik itu dijalin karena dia merasa ditolong. Terutama setelah pingsan karena dadanya terserempet peluru dari senapan tentara Belanda saat pecah Pertempuran Nglaban.
Bahkan dia akhirnya menginap beberapa hari dan dirawat di rumah Syuaib, warga Nglaban. Sebelum akhirnya Kompi Yusuf Hasyim mundur ke Desa Sugihwaras dan bergabung dengan laskar lainnya di markas Desa Ngrimbi, Bareng, Jombang.